Forum Pelajar Indonesia ke-8 : Rewind



Forum Pelajar Indonesia. 

Tiga kata mengubah segalanya. Tiga kata yang mengingatkan jemari akan saat-saat pengetikkan esai, pengetikkan artikel. Tiga kata yang mengingatkan mata akan keberagaman Indonesia yang tak ternilai. Tiga kata yang mengembalikan hati ini kepada kenangan 5 hari yang tak terlupakan.
Hai teman-teman seluruh Indonesia yang tercinta, apa kabar kalian? Tak terasa sudah hamper 2 bulan kita kembali ke ranah masing-masing, setelah melaksanakan kegiatan yang sampai saat ini masih merupakan bagian kehidupanku yang tak terlupakan dan tak tergantikan. Ya, Forum Pelajar Indonesia 8.

Jujur, aku tak pernah menyangka aku akan bertemu kalian. Bermodal tekad dan nekad, kukirimkan esai dan video dadakan yang kubuat di tengah sibuknya kelas 11 bertarung melawan ujian dan persiapan perpindahan asrama, pas di tanggal tenggat pengumpulan yang pertama. Aku sadar, esai dan videoku banyak kekurangannya, yang membuatku lebih minder lagi saat ternyata batas pengaplikasiannya diperpanjang. Tentunya akan banyak yang lebih baik daripada milikku bukan? Tapi persaingan haruslah sportif, aku tetap mendukung teman-temanku yang masih ingin ikut untuk membuat video dan esainya. 

Hari itu, di tengah-tengah persiapan Diskusi dan Debat Parade Cinta Tanah Air (PCTA) se-Jawa Tengah (bersama Pamong pembimbing paling top, Pak Agung Tri Laksono), di tengah-tengah hiruk pikuk Ujian Kenaikan Kelas, di tengah-tengah kepanikan mengejar materi, aku dan Nosa saat itu, di salah satu laboratorium Bahasa dalam SMA laboratorium toleransi ini, dengan perasaan yang deg-degan membuka website Indonesia Student and Youth Forum (ISYF) yang kala itu sistem pengumumannya dibuat seperti pengumuman SNMPTN.

Selamat Kamu Dinyatakan Lolos Menjadi Peserta Forum Pelajar Indonesia ke-8 !

Ternyata kalimat yang sama itu juga dikirimkan ke email masing-masing. Sontak aku mencari nama teman-teman seperjuanganku di daftar alamat email yang dituju. Satu, dua, tiga, empat… hanya ada empat nama termasuk diriku yang dikirimi pernyataan itu. Nosa, Rikza, Tyas, dan aku. Hanya empat, tak lebih. Senang bercampur kecewa, senang karena diterima, namun kecewa karena hanya berempat dan teman yang kubantu aplikasinya tidak diterima. Lantas aku hanya bisa tersenyum ketika bertemu dengannya, tetap menyemangati mereka. Aku dan Nosa harus kembali menghadapi lomba di depan mata.

Setelah selesai dengan minggu yang cukup penuh dan sibuk, sibuk dengan susulan-susulan ujian karena lomba, kami, delegasi FOR 8  TN, baru mulai memikirkan persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk kelanjutan kami ke Jakarta. Kami mulai menyusun proposal di tengah kesibukan pindah graha, kami mulai membuat kotak-kotak untuk mengumpulkan koin pelajar. Kerja tim kami harus terhenti karena cuti kenaikan kelas yang mengharuskan kami kembali ke daerah masing-masing, Nosa ke Palangkaraya, Rikza ke Kendal, Tyas ke Tegal, dan aku ke Pekanbaru. Kami juga mulai menjalin komunikasi dengan delegasi FOR 8 Jawa Tengah mengenai cultural performance, makanan khas, dan mading.

Sekembalinya dari cuti, kami kembali menggalakan pengumpulan koin pelajar. Kami mulai mengadakan meet up dengan delegasi FOR 8 Jateng, namun karena kami tinggal di kota yang berbeda-beda (meski masih satu provinsi), meet up menjadi suatu hal yang penuh pengorbanan. Ditambah, peraturan sekolahku yang tidak bisa dengan mudahnya membiarkan kami keluar dari sekolah, mengharuskan kami dengan berat hati meminta teman-teman untuk datang ke kampus biru tercinta ini. Maafkan kami merepotkan kalian teman-teman, kalian yang terbaik.
Sudah mempersiapkan kira-kira 30%, tiba-tiba kami ketambahan personil, Apandi dinyatakan bergabung dengan kami dalam kegiatan FOR 8 ini. Rasa senang dan bangga tak terbendung, adikku dinyatakan ikut dan menambah jumlah delegasi Jawa Tengah yang ikut. Tapi semua tak mudah, kami harus mengulang proposal dan merombak rencana awal. Tapi ketambahan satu personil juga membantu mengurangi tenaga yang harus dikeluarkan, apalagi itu adik. Ups.


Sungguh menyenangkan mendapatkan keluarga baru, FOR 8 Jateng, ber-16 kami memiliki cerita yang menyenangkan, mulai dari meetup hingga cultural performance di Jakarta. Susah dan sedih kita lalui bersama, dan merekalah salah satu yang tak bisa kuuraikan dari relung hatiku, yang tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata betapa kumerindukan kalian.

Kami berangkat ke Jakarta pas hari h, tanggal 9 Agustus 2016, naik pesawat. Psst, ada yang baru pertama kali naik pesawat sih hehe. Awalnya kukira aku tak kan bisa membaur dengan baik dengan teman-teman baru di FOR, tetapi ternyata aku salah. Mereka semua welcome banget dan banyak orang-orang yang supel banget. Dan yang perlu dicatat, semua peserta FOR adalah pelajar-pelajar yang sangat menghargai perbedaan yang ada. Itu berarti banget dan berkesan banget.

Banyak yang kami lakukan bersama selama 5 hari, berkunjung ke kementrian-kementrian, berkunjung ke gedung perwakilan rakyat, ke badan-badan milik negara, ke taman makam pahlawan, bersilahturahmi dengan mantan presiden Indonesia yang ke-6, sampai ber-cultural performance-ria. Menyenangkan. Tak terlupakan. Serasa tidak ada kata-kata yang sanggup mengungkapkan perasaan ini, betapa kubersyukur pernah mengikuti Forum Pelajar Indonesia ke-8 ini.

Rasanya kalau diceritakan lebih lagi bakal panjang banget, yang pasti saat ini aku lagi mengenang masa-masa indah kita, maka terlahirlah tulisan ini.

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Kita berpisah bukan berarti kita tidak kenal lagi, tapi kita berpisah untuk melaksanakan tugas kita masing-masing dan percayalah suatu hari nanti kita akan kembali lagi di puncak kejayaan masing-masing.



Sampai jumpa kawan, kalian yang terbaik.

Comments

Popular posts from this blog

Masuk SMA Taruna Nusantara tuh gimana sih, kak?

Review Novel : Pergi - Tere Liye

Pabrik MTI 2018