Memberikan yang Terbaik, Tidak Harus Selalu Menjadi yang Terbaik
Roda kehidupan selalu berputar, adakalanya
kita di atas, adakalanya kita di bawah. Tak ada yang tau kapan kita akan di
puncak, kapan kita akan ada di dasar. Yang kita tau pasti hanyalah, kita harus
selalu memberikan yang terbaik.
Memberikan yang terbaik tidak harus selalu menjadi yang terbaik.
Hari ini aku kembali menguji kemampuanku
dalam berbahasa asing. Bahasa kali ini adalah bahasa jepang. Aku sendiri baru
belajar bahasa jepang dari kelas 10 karena program bahasa asing yang harus kami
ambil di sekolah. Pilihannya hanya 2, bahasa jepang atau bahasa jerman. Karena
aku sudah memiliki dasar bahasa mandarin yang kupelajari selama 5 tahun sebelum
masuk TN, aku memilih bahasa jepang.
Anggaplah semua masalah adalah tantangan.
Awal kumelihat bahasa jepang, memang sangat
mengasyikan. Bahkan sampai sekarang masih. Namun ada waktu ketika aku merasa
bahasa jepang itu mulai sulit dan aku mulai putus asa. Tapi aku teringat
kata-kata abangku, "itu bukanlah beban, tapi tantangan". Kata-kata
itulah yang mendorongku terus maju, mengikuti tim bahasa jepang, bahkan sampai
mengikuti beberapa lomba bahasa jepang.
Salah satu lomba bahasa jepang yang kuikuti
adalah yang baru saja kuterima hasilnya beberapa jam yang lalu, lomba hiragana
dan katakana MONACO SMA 1 Muhammadiyah, setelah sebelumnya aku telah menorehkan
beberapa titik perjuangan bersama rekan terbaikku, M. Dzikri di lomba cerdas
cermat. Kini kuharus berjuang sendiri, karena ini lombanya memang perorangan.
Persiapan selama 2 hari full dinas dalam bersama teman-teman, Gaby, Putri,
Rizki dan Utari. Ditemani juga PPL UNNES, pak M.Alfiyan, memantapkan persiapan
kami.
Dan tibalah saatnya hari ini kami berangkat
ke SMA 1 Muhammadiyah Yogyakarta pukul 05.30 bersama Endang sensei, pembina TNT
terbaik, dan pak Yudhi, supir angkutan yang baik pakai banget. Jujur, aku
lumayan percaya diri, walaupun aku merasa belum menguasai sakura 3. Ketika
sampai, kesan pertama aku terhadap event dan sekolah muhi adalah
"sekolahnya kok masuk ke dalam banget sih, eventnya juga kok krik ya"
(maafkan aku muhi). Tapi ternyata eventnya gak begitu krik kok, cuma kalau
sekolahnya masuk pedalaman banget sih bener. Ceritanya lombanya rada molor sih,
cuma ya gak apa kok. Yang penting tetap terlaksanakan.
Anehnya, kami tak kunjung mendapatkan
cocard peserta bahkan sampai selesai acara. LO untuk lomba hiragana katakana
pun hanya menggiring kami ke ruangan tes dan kemudian membiarkan kami. Yang
mengawasi pun tak ada bicara satu patah kata pun dan hanya langsung membagikan
soal, tanpa aba-aba ingin mulai atau meminta kami menyimpan buku dan lain-lain.
Aneh? Iya, tapi itulah kenyataannya. Mungkin bisa menjadi evaluasi ya
teman-teman muhi.
Soal pertama... Masih okelah.. Lanjut!
Mengerjakan soal hiragana 40 nomor yang bisa dibilang lumayanlah, eh tiba-tiba keluar soal yang kira-kira seperti ini
bunyinya :
"apa bahasa jepangnya : ana-san punya 5 ibu dan 6 bapak".
Astaga. Kesan pertama aku yang kayak ini soal atau apa? Mana ada 5 soal pula
yang seperti itu. Oke lupakan. 55 soal berikutnya adalah 55 soal katakana yang
sangat sangat sangat di luar ekspektasi. Mengapa? Karena kami tidak mengira
akan keluar katakana sebanyak itu. Dan yang lebih di luar ekspektasi lagi,
ternyata lombanya hanya satu kali tes itu saja. Iya satu kali aja. Padahal kami
ekspektasinya ada final. Dan ada chokai (mendengar). Hahaha, sangat chokai ya.
Lelah dengan semua itu selama 1 jam, kami
keluar dari ruangan sambil tertawa. Niatnya sih tertawa bahagia, tapi yah lebih
ke ironi gitu ya. Susah susah gampang sih soalnya, tapi ya hasil siapa yang
tahu bukan? Yang penting sudah memberikan yang terbaik. Sedikit syok karena ga
ada final, kami bertambah stress lagi karena pengumumannya jam 4 setelah ashar.
Waduh, mau ngapain bos dari jam 9 sampai jam 4? Akhirnya kami memutuskan untuk
mengajukan jalan-jalan, ya refreshing lah. Dan ye! Dibolehin! Kita jadinya ke
Jogja City Mall yang deket dari situ. Pakai seragam jam 10 pagi di mall, udah
kayak bolos sekolah aja ya. (kapan lagi ya bisa bolos)
Jam 3 lewat 15 menit, sore, hujan, kami
kembali ke venue. Harap-harap cemas, antara berharap dan tidak, kami menunggu
pengumuman.
Dan pas dibacakan pemenang hiragana
katakana.... Yak, kami tidak ada yang dapat sama sekali. Sedih sih, kecewa,
tapi harus disyukuri juga. Setidaknya udah pernah mencoba. Arigatou, sensei,
minna-san. Hontou ni arigatou ne.
Pelajaran yang bisa dipetik dari pengalaman hari ini...
Kalah dan menang hal yang biasa dalam hidup
ini. Yang menang bisa mendapatkan yang diharapkan, yang kalah harus berjuang
lebih keras lagi. Kalau kamu kalah sekarang, itu artinya usahamu belum
menyetarai usaha si pemenang. Jadilah refleksi bagi diri sendiri bahwa kita
harus selalu berjuang dan berusaha, selalu berusaha memberikan yang terbaik
dalam segala hal. Memberikan yang terbaik bukanlah menjadi yang terbaik, tapi
memberikan yang terbaik adalah selalu berusaha keras dan maksimal, dan ketika
telah memberikan yang terbaik, hati pun akan terasa lebih ikhlas dan rela.
Berhentilah mengejar posisi terbaik, tapi
carilah dan berikanlah yang terbaik, maka otomatis posisi terbaik itu yang akan
menghampirimu.
Yogyakarta, 15 September 2016
Happy Mooncake Festival
Thie.
Comments
Post a Comment