Terima kasihku dan Selamat Tinggalku



Rindu. Hampa. Serasa ada yang hilang.
 
Ketika kumembuka kedua mataku, kini kusadari semua tidak lagi sama. Kuterbangun dari mimpi indahku. Kuterpaksa untuk menghadapi semua ini.

Kuteringat dulu…
Saat itu kau masih ada untukku
Saat itu kau dengan segala cara akan selalu ada di sana untukku
Saat itu aku yang tanpa sengaja melihat ke arahmu, menemukanmu tengah memandangku
Saat itu aku yang tak berani melihatmu, namun diam-diam mendamba, diam-diam berharap kau melihatku, berharap kau kan memanggilku
Kau membuatku merasa seperti orang terjelek didunia juga di saat yang bersamaan adalah wanita tercantik di dunia
Kau yang membuatku ingin tampil memukau di depanmu, entah dalam segala hal yang kulakukan
Kau dengan cara manismu, membuatku luluh dengan perhatianmu

Tapi kini kusadar
Semua itu kini diawali dengan dulu
Dulu kau yang selalu menyemangatiku
Dulu kau yang selalu memperhatikanku
Dulu kau yang selalu mengingatkanku
Dulu kau yang selalu mendengarkanku

Dulu dan kini sekarang terasa bagai langit dan bumi

Aku yang kini duduk termenung di sudut ruangan yang gelap, mengenang segala hal yang kau tinggalkan padaku. Aku yang kini hampa tanpamu, hanya sanggup mengingat kenangan kita, bahkan tak berani mengingat nama dan wajahmu.

Memang perpisahan yang kan menyadarkan kita. Menyadarkan betapa berartinya seseorang bagi kita, betapa kenangan-kenangan itu akan menyayat hati mengingat dia sudah bukan untukmu.

Kini tiada lagi untaian kata manis tuk memulai hari, tak ada lagi kata-kata semangat di tengah kepenatan aktivitas sehari-hari, apalagi ucapan selamat tidur sederhana yang sanggup membawaku ke mimpi indah dan tidur yang nyaman. Kini tak ada lagi lirikan-lirikan kecil yang kita tak sadar, telah menjadi kebiasaan. 

Tak ada lagi.
Semua hilang, semua sirna.

Bukan salahmu. 
Ini semua salahku. 
Jangan salahkan takdir, jangan salahkan Tuhan yang mempertemukan kita. Kubersyukur kepada Tuhan, dapat bersua denganmu, dapat mengukir kisah denganmu. Walau kita tak seperti yang orang lain pikirkan, walau kita tidak seperti yang orang lain inginkan, tapi kisah ini tetap milik kita.
Hingga pada akhirnya kuharus kembali ke kenyataan pahit, aku dan dirimu tak mungkin bersama. Aku dan dirimu memang hanya untuk dipertemukan dan bukan untuk disatukan. Maafkan aku menghilang tanpa penjelasan, maafkan aku yang tidak bertanggung jawab. Maafkan aku yang egois, ingin bahagia walau kutahu sedari awal bahwa kita tak kan mungkin bisa bersama. Maafkan aku yang hanya memikirkan diriku sendiri, maafkan aku.

Melihat kau bahagia, itulah harapanku satu-satunya. Walau masih ada nyeri di hati saat kumelihatmu bersamanya. Walau masih ada rasa untuk menggapaimu kembali hanya untukku. Walau itu berarti aku harus sanggup merelakanmu dengan orang lain. Melepaskan tak kan mudah, melupakan akan menjadi mustahil bagiku. Namun ku kan selalu mendoakan kebahagiaanmu, sebagaimana aku akan mencari kebahagiaanku sendiri.

Selamat tinggal wahai kenangan indahku. Tanpa dirimu aku takkan memiliki cerita di masa remaja ini bukan? Tanpa dirimu, aku tak pernah mengenal rasanya diperhatikan, dicintai, rasa beratnya mengambil suatu keputusan, bahkan rasa sakitnya berpisah.

Terima kasih.

Mungkin itu kata yang tertinggal untuk diucapkan. Terima kasih untuk semuanya. Terima kasih pernah di sana untukku, terima kasih untuk segala yang kau lakukan untukku. Meski kutahu, terima kasih ini tak kan ada habisnya, namun kuingin kau tahu, kau bukanlah musibah untukku, tapi kau adalah salah satu hadiah terindahku. Terima kasih.

Kini tiap kumendengar suara hujan, kukan terbayang dirimu. Dan hanya kepada hujanlah ku kan menitipkan rinduku kepadamu. Hanya kepada hujanlah ku kan membisikkan rinduku dan salamku padamu.



Di suatu malam hujan yang dingin,
Thie.
Gadis yang tengah mengejar cita-citanya setinggi angkasa menjulang.

Comments

Popular posts from this blog

Masuk SMA Taruna Nusantara tuh gimana sih, kak?

Review Novel : Pergi - Tere Liye

Pabrik MTI 2018