2017

Hamparan kelapa sawit sejauh mata memandang, segaris jalan abu-abu membelah lautan hijau kering, disambut ufuk yang memerah oleh senja. Dibatasi sekat-sekat besi dan kayu, ditemani tumpukan sepeda bekas, tetesan air hujan yang menggebu membawaku terbang mengelana, mengarungi samudera luas curahan perasaan. Sekali memejamkan mata, tak terasa diri ini telah melewati 365 harinya lagi. Sontak, beribu-ribu ingatan kembali menyeruak, membuatku lupa apa rasa dan aroma secangkir teh sore ini.

.2017.

Aku ingat, tahun ini kumulai dengan tekadku ingin bersekolah di luar negeri. Kekesalan, air mata, bahkan kekeraskepalaan pun kucurahkan dengan mudahnya. Kerja keras dan dukungan, semangat terus menerus dari keluarga dan juga pamong-pamong yang kuhormati pun terus mengalir. Kata orang, kerja keras takkan mengkhianati. Aku pun percaya demikian. Aku mungkin gagal dan mengecewakan banyak orang, tapi aku tak akan pernah menyalahkan kerja keras, salahku yang belum cukup berupaya sehingga belum pantas disebut bekerja keras. Tak ada pilihan lain selain terus melangkah maju dan bekerja lebih keras.

Ujian praktik, ujian sekolah, USBN, UN. Bukan rangkaian seri ataupun paralel, jauh lebih rumit ketika ditambahkan bumbu harapan dan ekspektasi. Ingin rasanya memberikan yang terbaik, namun kadang otak dan hati tak ingin bekerja sama. Jujur, hatiku tersayat saat pengumuman hasil UN itu, bahkan lebih tercincang saat rangkaian kelulusan. Hidup dalam ekspektasi tak layaknya burung dalam sangkar, melainkan lebih seperti berjalan di atas bara api: mundur atau gagal penonton akan kecewa, berjalan di atasnya dirimulah yang terluka tanpa ada orang yang peduli, tapi ketika berhasil bukan hanya orang lain yang senang dan terpukau, bahkan diri sendiri pun akan terasa bangga. Lagi-lagi usahaku kurang, aku belum cukup bekerja keras untuk pantas mendapatkannya. Satu lagi pelajaran untukku yang akan kuperbaiki di masa depan.

Aaahh..
Dinginnya hujan ini mengingatkanku akan suasana Bandung. Masih sangat jelas dibenakku hari pertama kumenginjakkan kaki di kampus gajah itu. Takut, senang, sedih, gelisah, semua bercampur aduk. Banyak orang hebat di sini, lantas aku? Kadang kumasih sering berpikir mengapa aku mengambil jalan itu. Berjalan lurus namun sering hilang arah. Mungkin inilah putaran roller coaster kehidupanku. Perlahan menurun sepanjang tahun. Tapi, aku banyak belajar di tahun yang serba tak biasa ini. Jangan sombong, jadilah lebih sabar. Jangan mudah puas, jangan juga terlalu ambisius. Lebih percaya pada diri sendiri, gagal artinya kurang berusaha, jangan salahkan lingkungan ataupun diri sendiri. Dan, biasanya setelah turun roller coaster akan selalu naik lagi kan? Aku percaya aku juga bisa bangkit lagi setelah melewati sedikit penurunan ini. Sangat ingin rasanya jemari ini mengetikkan kutipan dari buku yang pernah kubaca, namun tampaknya akan sangat tidak adil bagi kutipan bagus lainnya dalam banyaknya buku yang ada bukan? Bukan, ini hanya semata-mata aku tidak ingin mencari kutipan itu, karena tak ada yang cocok menggambarkan apa yang ingin kuungkapkan dalam tulisan ini. Biarkanlah realita menghempaskanku sedalam-dalamnya sehingga kubisa bangkit dan terbang setinggi-tingginya.

Ini salam terakhirku buatmu, 2017. Terima kasih telah mengajariku pahit manisnya kehidupan. Terima kasih juga telah mengajariku artinya mencintai dan melepaskan, menginginkan dan merelakan. Untuk semua orang yang datang, bertahan maupun pergi dalam tahun ini, terima kasih telah mau menorehkan tinta dalam hidupku. Untuk orang-orang yang menyayangiku, maaf baru menyadarinya, bahwa aku tak sendiri, terima kasih, dan selalulah bersamaku ya? Semoga di tahun 2018 kita semua bisa lebih baik lagi, dan aku akan terus melangkah sambil memperbaiki diri dari kesalahan sebelumnya.

Terima kasih 2017.

Salam hangat.
Tenggayun, 31 Desember 2017
Gadis yang akan terus berusaha.

Comments

Popular posts from this blog

Masuk SMA Taruna Nusantara tuh gimana sih, kak?

Review Novel : Pergi - Tere Liye

Pabrik MTI 2018