Menyelami Lautan Aroma bersama Aroma Karsa karya Dee Lestari
Thierris Nora Kusuma.
19 Juni 2018. 16.30.
Another masterpiece from Dee Lestari that
should not be missed.
Novel ini sudah lama
kubeli, bahkan sejak masa pre order edisi
yang bertanda tangan. Aku tak sengaja melewatkan edisi digitalnya karena
lumayan sibuk dengan hiruk pikuk perkuliahan dan juga aku memang tidak terlalu
menikmati membaca dari layar. Sumringah dan rasa penasaran tentu timbul ketika
akhirnya paket itu sampai di rumah, namun hingga sehari yang lalu, novel ini
masih selalu berada dalam list buku bacaan yang belum aku selesaikan. Setelah
memutuskan untuk membawanya pulang mudik bersamaku, akhirnya baru aku bisa
meluangkan waktu santai memulai perjalanan ini. Novel setebal 710 halaman ini
pun ludes dalam waktu 1 hari, tepatnya 10 jam saja saking tak bisa lepasnya
tangan dan mata yang membaca, apalagi pikiran yang mengelana ini.
Sebelum aku masuk ke
bagaimana aku mencintai buku ini, aku ingin bercerita terlebih dahulu bagaimana
aku mencintai karya Dewi Lestari atau yang dikenal dengan nama pena Dee
Lestari. Aku belum mengenal ibu dari dua orang anak ini sebelum SMA. Ketika itu
aku membaca novel Perahu Kertas yang merupakan salah satu karya Dee Lestari
yang sudah ditayangkan di layar lebar. Dari detik itu pula aku mencintai gaya
menulis beliau dan diksi yang digunakan. Hal ini memuncak ketika aku memutuskan
untuk mengoleksi serial Supernova sebanyak 5 buku, yaitu Kesatria Putri dan
Bintang Jatuh, Akar, Petir, Partikel dan Gelombang sekaligus (waktu itu
Intelegensi Embun Pagi belum diterbitkan). Aku semakin jatuh cinta dengan
bagaimana Dee Lestari dapat mengungkapkan sesuatu yang biasa dengan kata-kata
lain yang terkesan lebih kaya, seakan-akan aku sedang berada di dunia lain,
membaca buku ilmiah. Perpaduan kata yang lebih kaya tersebut membuktikan bahwa
pengetahuan yang dapat dimiliki seseorang (dalam kasus ini Dee Lestari)
sangatlah tak terbatas. Secara pribadi aku memang menyukai kumpulan kata yang
tak biasa yang sering digunakan Dee Lestari, menambah pengetahuanku, dan juga
memperdalam kesan yang aku dapat dalam bertualang di dalam buku-buku beliau.
Membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat, membuatku sering bertanya-tanya
kemana saja aku selama ini. Secara umum, seluruh karya beliau merupakan masterpiece dengan ceritanya
masing-masing. Aku juga sangat menikmati bagaimana beliau dapat membuatku
menyeberangi dunia yang bahkan tak pernah kubayangkan sebelumnya, menggabungkan
sastra dengan ilmu pengetahuan, kenyataan dalam kehidupan, mistis, persahabatan
bahkan dengan bubuk romantisme yang tak biasa. Sungguh sejak saat itu aku
mengoleksi semua karya beliau seperti Rectoverso, Madre, dan Filosofi Kopi
tanpa berpikir panjang. Dari beliau pulalah aku mulai suka merangkai kata-kata
kiasan dalam mengekspresikan sesuatu. Terkadang juga sering mencampurkan nama
ilmiah yang tak lazim. Walaupun masih belum bisa diibaratkan sebutir pasir di
pantai jika dibandingkan dengan beliau.
Kembali ke Aroma
Karsa. Dalam buku ini kita diajak untuk menyelami kembali dunia dengan indra
yang tak lazim digunakan di dalam sebuah buku atau novel. Penciuman.
Ketaklaziman ini pun menjadi sebuah tantangan sendiri bagi pembaca (apalagi
penulis) dalam memahami dan membayangkan apa yang sedang terjadi. Kita diajak
merasakan menjadi seorang Jati dengan penciumannya yang luar biasa, bisa
membaui sesuatu yang bahkan bagi manusia biasa tidak ada baunya, dimulai dari
kehidupannya di TPA Bantar Gebang sampai selangkah demi selangkah menyusun puzzle kehidupannya. Di dalam buku ini,
kita akan dibutakan dengan kemistisan dari cerita dongeng mengenai Puspa Karsa, dibuat takjub dengan
kemampuan seorang Jati Wesi, dibuat kesal dengan keambisan seorang Raras
Prayagung dan keluarganya, dibuat penasaran dengan Dwarapala, tegang dengan
segala perjuangannya di Gunung Lawi, berandai-andai dengan segala legenda yang
ditanamkan dalam buku ini, bahkan dibuai dengan sentuhan romantisme dalam
bentuk berbeda dari yang selama ini dapat kita baca di novel-novel romantis.
Dee Lestari sekali lagi berhasil membuat gebrakan baru dengan mengajak kita
menggunakan indra penciuman dalam membangun dunia fantasi yang begitu memikat,
begitu memabukkan, yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Dari buku ini dapat
kita resapi makna dari cinta yang begitu rumit, makna dari keteguhan hati dan
kerja keras yang begitu memabukkan, hingga bagaimana kita dapat menafsirkan
bebauan yang mungkin tidak pernah kita cium sebelumnya, namun terasa sangat
nyata ketika membaca buku ini. Buku ini akan menjadi sebuah sajian yang lezat bagi
pecinta wewangian. Bahkan bagi yang bukan pecinta wewangian pun, petualangan
yang disajikan dalam buku ini akan menjadi sebuah petualangan yang sangat
berharga.
Jangan menyerah hanya
dari melihat betapa tebalnya buku ini! Kalau udah memulai, tanpa terasa pasti
sudah habis dan malah ingin ada lanjutannya (seperti aku). Timeline yang begitu mengalir dan perubahan yang begitu mulus akan
membuaimu seperti menidurkan bayi. Rasa penasaran akan terus dipupuk dan
digemburkan dan buah penyelesaian yang akan dipanen pun akan terasa sangat
manis. Buku ini bahkan tidak membosankan sedetikpun bagiku. Apalagi di dalam
buku ini menyangkut banyak tentang hal-hal yang jarang diketahui masyarakat
umum tentang wewangian, dan menurutku itu sangat menarik. Ditambah digunakannya
bunga pemikat segala umat, bunga Anggrek. Tidak
ada bunga lain yang dapat membuat manusia lebih tergila-gila. Setuju.
Dalam menulis ini pun,
yang hanya berselang setengah jam dari menuntaskan cerita akhir Aroma Karsa
yang begitu menggantung, aku sepertinya masih dipengaruhi oleh aroma dari Puspa
Karsa. Namun semua yang tertulis di sini bukanlah pemanis seperti halnya gula
halus di atas kue putri salju, namun murni pemikiran yang sangat ingin
kubagikan, yang membuncah semenjak aku menghabiskan setengah dari buku Aroma
Karsa sambil menebak-nebak jalan cerita selanjutnya. Selamat menikmati buku
ini, membaui seluruh petualangannya seperti menggunakan aromatherapy kesayanganmuJ
Comments
Post a Comment